Taman Safari di Sumowono, Ambarawa - Ambarawa OnLine
Headlines News :

Indahnya Kebersamaan

Media pemersatu warga Ambarawa lintas Politic, Ekonomi, Sosial, Budaya Pertahanan dan Keamanan.

Mutiara Bangsa

.

Popular Post

Pasarpon Ambarawa adalah pasar hewan terbesar dan terlengkap di Indonesia. Kunjungi www.pasarpon.com , Sudah dapat diakses Via Facebook.
Home » » Taman Safari di Sumowono, Ambarawa

Taman Safari di Sumowono, Ambarawa

Written By Faris Blog on Selasa, 16 Oktober 2012 | 06.06



Bila anda bertanya dengan orang-orang Sumowono yang diluar kota, mereka ditanya ? Anda Asli orang mana ? Ketika dia menjawab saya dari Sumowono ... maka orang sering kali bertanya, mana itu sumowono ? Lalu sering dia akan menjawab AMBARAWA. Karena saking banyaknya orang Bantir yang tiap pagi di Pasar Ambarawa. Banyak anak-anak yang suka bersekolah di SMAN 1 Ambarawa, SMA Sudirman Ambarawa, SMA PL, dan sebagainya. Mereka Lebih dekat hati dengan warga Ambarawa.


Wilayah Segitiga JOGLO SEMAR (Jogja Solo Semarang) ini adalah Zona pusatnya Kabupaten Semarang. Dan kota yang dikenal di segitiga itu adalah Ambarawa. Bawen adalah Titik Joglo Semar itu sendiri. Maka untuk mudah diakses dari ketiga kota besar di Indonesia itu pasti melewati Bawen, Ambarawa.



Taman Safari Madupari Bantir, Objek Rekreasi Berbasis Konservasi

Berikut ini Liputan dari Suara Merdeka ....

Mungkinkah Anda bisa berhadapan jaguar (Ponthera onca) atau harimau (Felis tigris) dengan jarak kurang dari lima centimeter tanpa khawatir terluka?
Di taman safari, baik di Taman Safari Indonesia (TSI) I Cisarua, Bogor (Jabar) atau TSI II Prigen, Pasuruan (Jatim), Anda bisa mengajak keluarga berkeliling dengan mobil dan bisa berhadapan dengan karnivora-karnivora buas itu cuma dibatasi kaca mobil.
Kalau Taman Safari yang digagas Masyarakat Peduli Pariwisata (Madupari) di Bantir, Sumowono, Kabupaten Semarang selesai dibangun, tentu tak perlu jauh-jauh ke luar provinsi untuk menikmati sensasi semacam itu. Ya, di lahan seluas 400 hektare, yang sebagian besar milik Perhutani Unit I Jateng itu, akan dibangun taman safari yang mengoleksi tak kurang dari 30 spesies satwa eksotis tropis dari lima benua.

''Tahapan pembangunan taman safari kini sampai pada penyempurnaan Detail Engineering Design (DED). Kalau tak ada halangan, peletakan batu pertama akan dilakukan 19 Juli mendatang. Sesudah itu akan dilanjutkan dengan proses pembangunan, dan mudah-mudahan, akhir tahun ini sudah mulai bisa dibuka untuk pengunjung,'' ujar Dr Ir Djarot Hasojo Reksowardojo MS, tim ahli Taman Safari Madupari ketika berkunjung ke Biro Kota Suara Merdeka, Kamis (8/6).
Doktor penangkaran satwa Fakultas Peternakan Undip itu menjelaskan, sebagian besar lahan kini masih berupa hutan pinus, yang nanti akan ''disulap'' dengan vegetasi yang sesuai dengan habitat hewan-hewan yang dikoleksi.

Proses pembangunan dilakukan secara bertahap atau per blok sehingga taman safari itu mulai bisa menerima pengunjung sekalipun pelaksanaannya belum selesai tuntas. Diperkirakan, kalau tidak menemui aral yang signifikan, pembuatan taman safari itu akan terselesaikan dalam waktu 2-3 tahun.

Selain tanah milik Perhutani yang telah menjalin memorandum of understanding (MoU) dengan Pemkab Semarang,  taman safari itu juga akan menjangkau tanah milik masyarakat yang akan segera dibebaskan dan tanah Kodam IV/Diponegoro. ''Luasan tanah milik Kodam tidak seberapa, hanya untuk akses masuk ke Taman Safari,'' ujar Djarot.

Izin untuk menggunaan tanah milik Kodam itu kini dalam proses di Mabes AD, sesuai prosedur baku yang harus ditempuh. ''Dengan begitu, anggapan bahwa penggunaan tanah Kodam cenderung sebagai pembenar penghilangan aset AD sangat tidak masuk akal,'' tandas dia, menanggapi pernyataan aktivis LSM Gempar yang dimuat sebelumnya.

Calon lokasi taman safari itu berjarak sekitar lima kilometer dari Sumowono, menuju ke arah Boja. Dilihat dari letaknya, relatif mudah diakses dari berbagai tempat. Diharapkan, pembangunan taman safari di Bantir itu akan membentuk jalur wisata alternatif, mulai dari pemandian Muncul, Bukit Cinta-Rawapening, Museum Kereta Api dan Palagan Ambarawa, Bandungan, Candi Gedongsongo, hingga pemandian air hangat Gonoharjo dan Curugsewu di Kendal.

''Sebelum ketemu Bantir, Tlogo Tuntang sempat menjadi salah satu alternatif lokasi taman safari. Memang lokasinya mudah diakses, namun luas lahan yang tersedia tidak memadai.''
Djarot menjelaskan, gagasan membangun taman safari merupakan ide lama Madupari, sejak tiga tahun silam. Berawal dari niat mulia untuk ikut berperan serta dalam mengembangkan pariwisata di Jateng. Selama kurun waktu itu, dilakukan kajian komprehensif sehingga diperoleh simpulan dengan bobot kelayakan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Pembangunan taman safari, kata doktor lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu,  merupakan upaya strategis untuk mengembangkan objek wisata, khususnya dalam kerangka memanfaatkan potensi alam sekaligus melestarikan fauna-flora yang ada di dalamnya. Kawasan itu bisa menjadi tempat rekreasi apresiasi terhadap alam, serta pada saat yang sama sebagai wahana pendidikan dan penelitian bagi masyarakat luas.
''Konsep dasar taman safari itu kan mendisplay satwa dalam habitat asli atau mirip asli sehingga pengunjung memperoleh kesan sedang bertualang,'' katanya.
Taman Safari Madupari dikonsep berbasis konservasi (conservation center) untuk flora dan fauna tropis dunia, khususnya Indonesia. Selain itu, kawasan itu juga disiapkan sebagai lingkungan penapis (filter environtment). Dengan begitu, keberadaan taman safari akan membantu wilayah Kabupaten Semarang, khususnya dalam upaya menciptakan kawasan hijau yang konservasif, indah, produktif, rekreatif, dan edukatif.

''Visi itu sejalan dengan strategi konservasi taman satwa dunia atau World Zoo Conservation Strategy,'' tutur Djarot. Ditambahkannya, dalam hal strategi konservasi dan pengelolaan satwa, Taman Safari Madupari meratifikasi Zoo Future 2005, yang merupakan konsep taman satwa masa depan. Selain itu juga mengacu pada konsensus South East Asia Zoological Park Association (Asosiasi Taman Satwa Asia) dan Sendi-sendi Pengelolaan Taman Satwa di Indonesia.

''Itu menunjukkan, Taman Safari Madupari jauh dari eksploitasi satwa. Sebab, semua kebijakan menuju pada kesejahteraan satwa dan mengupayakan proses penangkaran untuk menghindarkan kekayaan fauna itu dari kepunahan.'' ( Achiar M Permana/Cn08 ) 
Share this article :

3 komentar:

  1. Menurut Saya gagasan ini sangat menakjubkan, perpaduan konservasi alam dan pemanfaatan satwa liar Indonesia ditambah pula nilai sejarah TNI melalui pembangunan museum. Sehinga dengan adanya project ini akan meningkatkan nilai aspek sosial ekonomi.

    BalasHapus
  2. Sdh tdk terdengar lagi pembangunannya..

    BalasHapus
  3. Proyek bodong, fiktif, penipuan, banyak yang korupsi, hanya wacana belaka. Jawa Tengah yang paling mundur dari semua provinsi! Banyak penipu pajaknya!

    BalasHapus

Jalan baru (JB)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ambarawa OnLine - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya