Kopi Eva Resto - Ambarawa OnLine
Headlines News :

Indahnya Kebersamaan

Media pemersatu warga Ambarawa lintas Politic, Ekonomi, Sosial, Budaya Pertahanan dan Keamanan.

Mutiara Bangsa

.

Popular Post

Pasarpon Ambarawa adalah pasar hewan terbesar dan terlengkap di Indonesia. Kunjungi www.pasarpon.com , Sudah dapat diakses Via Facebook.
Home » » Kopi Eva Resto

Kopi Eva Resto

Written By Faris Blog on Minggu, 30 September 2012 | 18.13

 

Kopi Eva Bedono,Ambarawa. 0298 591155.
Lontong Sambel Goreng,Gudeg Manggar,Tahu Asin,Lemper,Kopi Jahe.




Sejarah Kopi Eva:

Michael Tjiptomartojo, lahir 2 September 1922. Setahun lebih muda dibanding mendiang Pak Harto, namun masih tampak bugar. Kopi Eva dirintis mulai tahun 1958. Pak Tjipto menanam sendiri pohon kopinya di area perkebunan pribadi yang luasanya 3 hektar. Hasil perkebunannya juga diolah sendiri, dijual dalam bentuk kopi bubuk dan minuman di Café Eva. Kebun kopinya membentang di tepi jalan lintasan Bedono Ambarawa, sehingga kafe yang dibangun di tikungan itu cukup strategis.

Sang owner , Pak Tjipto, ternyata bukan orang biasa. Beliau bersama Radius Prawiro, adalah anggota Tentara Laskar Mataram atau Tentara Rakyat Mataram (TRM). Tugas Negara yang telah mereka lakukan cukup panjang berderet dan ditandai dengan sejumlah lencana sebagai bintang jasa. Mari kita daftar beberapa penghargaan itu, di antaranya: Bintang Gerilya, Pergerakan Kemerdekaan RI (pertama dan kedua), Penumpasan Muso, Penumpasan APRA, Penumpasan RMS Ambon, Penumpasan DI/TII Kahar Muzakar, Penumpasan DI/TII Kartosuwiryo, Penumpasan DII/TII Amin Fatah Jateng, Penumpasan PRRI/Permesta, dan seterusnya. Setidaknya, beliau telah mendapat lebih dari 40 penghargaan termasuk untuk Kopi Eva.

Berbekal ijazah sekolah ekonomi pendidikan Belanda, Pak Tjipto menjalankan roda bisnisnya, yang telah membuahkan produksi rata-rata 1 kuintal kopi/bulan untuk dijual di Kafe Eva. Restorannya yang luas dan menu makanannya yang lezat, telah mendapatkan pula sertifikat dari Departemen Pariwisata Semarang, Jateng.

Pertanyaan saya waktu itu, mengapa diberi nama Eva? Sebab setelah ditelusuri melalui nama anak-anak Pak Tjipto yang berjumlah 10, tak seorang pun bernama Eva. Bahkan termasuk istrinya yang masih mendampingi beliau sehari-hari di Café Eva.

“Eva itu lambang perempuan. Diambil dari nama ibu umat manusia, Eva atau Siti Hawa.” Demikian penjelasan Pak Tjipto. Kedua anaknya yang aktif menjalankan usaha niaga kafe itu, Kanis (nomor 2) dan Endang Palupi (nomor 3), membenarkan.

Saat ini Kafe Eva mempekerjakan sekitar 20 orang pegawai. Mereka rata-rata tinggal di mess yang dibangun di sekitar kebun kopi. Meskipun Pak Tjipto dan keluarga penganut agama Katholik, beberapa pegawainya justru alumni yang berasal dari pesantren di sekitar Ambarawa.

Menu yang pernah saya coba adalah sop buntut goreng dan rawon. Keduanya lezat. Namun ternyata masakan andalannya adalah gudeg manggar, yang telah dinobatkan sebagai “mak nyus” oleh Bondan Winarno. Kami sempat mencicipi sepiring kecil contoh gudeg manggar. Hm…memang betul-betul lezat! Berbeda dengan gudeng nangka muda.

Sebagai tempat istirahat, Café Eva memang menyenangkan. Selain luas untuk menampung sekitar seratus tamu menyantap makanan, Café Eva menyediakan juga oleh-oleh berupa kopi bubuk dan aneka souvenir untuk buah tangan. Ada “iklan” dari mulut ke mulut untuk keunggulan kopi produksinya itu. Apabila anda meminum seduhan kopi Eva dan membiarkan endapannya tersisa, penuhilah kembali dengan air panas sampai kembali penuh, citarasa yang dihasilkan sama dengan tegukan pertama. Hebat bukan?

Awalnya, kebun Pak Tjipto hanya ditanami kopi jenis Robusta, namun kini sudah ada kopi jenis Arabika. Sejak ditanam hingga umur 4 tahun, pohon kopi belum menghasilkan buah yang bernas. Perjalanan panjang itu memerlukan perawatan dan siraman air yang cukup. Umumnya kopi ditanam di kawasan pegunungan yang sejuk. Masa panen yang pertama dan tahun-tahun berikutnya biasanya berlangsung antara bulan Juli sampai dengan September.

Michael Tjiptomartojo sampai saat masih aktif membawahi 3 yayasan, yakni: Pendidikan, Veteran, dan Pepabri. Beliau mengaku masih rutin melaksanakan upacara peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November dan malam Proklamasi bersama para veteran yang masih ada. Secara fisik, Tentara Laskar Mataram memiliki peran besar dalam Palagan Ambarawa dan Clash Belanda II. Mereka pernah melangsungkan reuni akbar dan musayawarah besar dengan menerbitkan buku: Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung yang disusun oleh J. Roestam Afandi, pada tahun 1992.

Bila malam tiba, dari jendela Café Eva dan kantor penampungan biji kopi yang menghadap ke lembah, kita dapat memandang pesta lampu serupa kerlip bintang kota Ambarawa. Sejenak kita seperti saudagar kopi yang sedang menikmati hamparan kekayaan…
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jalan baru (JB)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ambarawa OnLine - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya