Pesan Imlek Dari Ambarawa : Umat Harus Punya Malu

Umat manusia diminta untuk mempunyai rasa malu sehingga terhindar dari salah atau dosa dan mengutamakan kebenaran dalam menjalani hidup.

Demikian pesan Imlek dari Kelenteng Hok Tik Bio, Ambarawa seperti disampaikan oleh Liem Jung Hien, perwakilan yayasan rumah ibadah warga Tionghoa tertua di kabupaten Semarang itu, Sabtu (9/2/2013) malam.

Menurut Liem, dengan mengambil tema Imlek "rasa malu itu besar artinya bagi manusia", pihaknya berharap agar keharmonisan antar umat beragama di Kabupaten Semarang tetap utuh. "Meski perayaan imlek ini sederhana kami berharap, kegiatan ini bisa mempererat tali silaturahmi lintas agama," kata Liem.

Selain ritual doa bersama, perayaan Imlek di Kelenteng Hok Tik Bio juga dimeriahkan oleh penampilan Golden Dragon Band, tarian tiongkok, wushu, dan liong Genta Suci Ambarawa.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Bupati Semarang, Mundjirin bersama sejumlah tokoh agama dan Muspika Kecamatan Ambarawa dan kecamatan Bandungan.

Sukacita merayakan tahun baru Imlek tidak hanya dirasakan warga keturunan Tionghoa. Di Ambarawa, tepatnya di kelenteng Hok Tik Bio, warga Ambarawa tumpah ruah berdiri di jalan Jendral Sudirman sekitar lokasi demi melihat perayaan tahun baru Imlek meskipun acara baru akan mulai jam 20.00 WIB.

Salah seorang pengunjung, Muhdi (35) warga kelurahan Panjang, Ambarawa mengatakan, sengaja membawa kedua anaknya untuk menyaksikan barongsai dan pertunjukan kesenian Tioanghoa lainnya.

"Meskipun saya bukan China, tapi saya senang dengan kebudayaan mereka. Saya asli warga Ambarawa dan tak pernah melewatkan kemeriahan acara Imlek di sini. Setelah sholat maghrib tadi saya langsung ke sini dengan anak-anak," katanya.

Pantauan di lapangan, arus lalu lintas di depan klenteng Hok Tik Bio mulai tersendat. Pihak kepolisian menyiapkan rekayasa lalu lintas apabila kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali di jalur utama Semarang-Magelang ini.

Panitia sengaja memasang layar lebar di pinggir jalan, untuk memberi kesempatan khalayak ramai menyaksikan perayaan Imlek karena halaman kelenteng yang terbatas.

Sumber : Kompas Editor :

Erlangga Djumena