Semarang, CyberNews. Kebanyakan masyarakat
Jawa Tengah mengetahui penganan srabi, jajanan berbentuk bulat seperti apem.
Di Kota Solo, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan makanan itu di pusat
kota, terutama Jl Slamet Riyadi.
Selain Solo, Kecamatan Ambarawa juga
memiliki makanan khas srabi. Di sepanjang jalan Ambarawa-Secang, tepatnya di
Dusun Ngampin Kelurahan Ngampin Kecamatan Ambarawa banyak berjajar penjual
srabi. Pada dasarnya, srabi Solo dengan Ambarawa tidaklah jauh berbeda.
Hanya saja ukuran srabi Solo lebih besar dibanding Srabi Ambarawa.
Selain itu cara penyajiannya juga berbeda, di Ambarawa penjual menyajikan
srabi dengan kuah yang terbuat dari santan kelapa dicampur gula merah dan
gula pasir. Sementara srabi Solo, setelah matang langsung bisa disantap.
Warsih (47), warga setempat, mengaku sudah berjualan srabi disana selama
22 tahun. Ibu empat anak itu menyatakan meneruskan apa yang dilakukan ibunya
dahulu. "Sejak masih kecil, ibu saya sudah berjualan disini. Karena ibu
sekarang sudah tua, saya yang meneruskan berjualan," paparnya.
Dulunya, lanjut dia, di sepanjang jalan itu hanya ada 17 penjual srabi
saja. Namun kini sedikitnya 117 penjual srabi menjajakan makanan itu disana.
Karena pedagangnya kian banyak, mereka sepakat membentuk sebuah paguyuban
penjual srabi "Mekarsari". Hingga kini, 70 penjual srabi telah bergabung di
paguyuban yang selalu mengadakan pertemuan rutin setiap tanggal 5 tersebut.
Penjual srabi lainnya, Marni (24), sudah berjualan di tempat itu selama
satu tahun terakhir. Senada dengan Warsih, Marni mengaku berjualan karena
meneruskan usaha ibunya. Dulunya, wanita lajang itu bekerja di sebuah pabrik
garmen di kawasan Ungaran. Karena kontrak kerjanya tak dilanjutkan oleh
pabrik, dia memilih berjualan srabi. "Jaman sekarang sulit cari kerja. Lebih
baik usaha sendiri, biarpun hasilnya tak banyak yang penting dapat uang,"
katanya.
Setiap harinya, Marni berjualan mulai pukul 09.00-22.00. Selain srabi,
para penjual disana juga menyediakan opak samier yang terbuat dari singkong.
Tiap harinya Marni mengeluarkan modal sekitar Rp 30.000 untuk membeli
bahan-bahan guna membuat srabi. Bahan tersebut adalah beras yang sudah di
selep, kelapa, gula merah, gula pasir,dan garam. Dari satu kilogram beras,
bisa menjadi sekitar 90 srabi.
Setiap sepuluh buah srabi dijualnya seharga Rp 5.000, sedangkan satu
porsi yang berisikan empat srabi dijual Rp 2.500. "Kalau srabi terjual
habis, saya mendapat uang sekitar Rp 45.000. Lumayan mas untung Rp 15.000,
tapi kalau habis lo," terangnya.
Dua rasa yang ditawarkan yakni srabi tawar yang berwarna putih dan manis
yang berwarna merah karena dicampur gula merah. Karena sudah menjadi ciri
khas daerah dan banyak mendatangkan pembeli, para penjual mendapat bantuan
pemerintah setempat berupa kios yang terbuat dari kayu dan beratap genteng
tanah sejak enam tahun lalu.
Saat melakukan perjalanan menuju Magelang, Temanggung, ataupun sebaliknya
dan melewati Ambarawa, tak lengkap rasanya bila tak mampir untuk menikmati
Srabi dan opak samier di Ngampin.
( saptono joko s/cn09 )
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !