Pemkab Semarang melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang tahun depan akan mengajukan anggaran kepada pemerintah pusat senilai Rp 2 miliar untuk penataan dan perluasan lahan guna mewujudkan pasar hewan moderen Ambarawa.
PASARAN PON: Salah satu sudut pasar hewan Ambarawa terlihat ramai setelah kedatangan pedagang ternak dan unggas dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, belum lama ini. |
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Semarang, Agus Purwoko Djati menyebutkan, saat ini kondisi pasar hewan ambarawa memang terlihat semrawut karena kepadatan pedagang. Rencananya, dalam pengajuan tersebut pihaknya akan menata serta memperluas area pasar dengan memanfaatkan lahan persawahan di belakangnya.
"Pasar hewan Ambarawa akan kami desain menjadi pasar hewan moderen, lengkap dengan fasilitas pendukung seperti rumah potong hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU). Dengan begitu, kami berharap nantinya tidak hanya dijadikan pasar saja, melainkan akan dirancang sebagai penginapan sementara hewan dari luar kota untuk keperluan jual beli ternak terbesar di Jawa Tengah," katanya kepada wartawan, Minggu (8/9).
Selain fasilitas RPH dan RPU, di lingkungan pasar juga akan ditempatkan timbangan digital khusus ternak serta layanan informasi harga daging dan hewan ternak hidup yang berlaku secara regional dan nasional. Layanan tersebut menurutnya perlu agar terjadi persaingan yang sehat antar pedagang dan tidak merugikan pembeli.
Jika rencana ini terwujud, selain penataan pasar hewan, Agus juga berjanji akan kembali menata pedagang kayu eks Pasar Lanang Ambarawa yang saat ini seakan terpinggirkan oleh pedagang ternak dan belum mendapat tempat di Pasar Lanang. "Rencana ini sudah dicetuskan enam tahun lalu, hanya saja anggarannya terbatas sehingga tidak bisa dikerjakan langsung dan dinikmati masyarakat," ujarnya.
Pantauan di lapangan, pasar hewan Ambarawa akan dipenuhi pedagang dan pembeli saat Pasaran Pon. Tidak hanya pedagang ternak saja yang datang dari berbagai daerah, pasar yang berlokasi di depan pemakaman Tionghoa Ambarawa ini juga dimanfaatkan oleh pedagang pakaian, sepatu, jamu, dan alat pertanian.
"Pedagang membaur menjadi satu, itulah yang menjadi semrawut. Ditambah lagi areal parkir yang kurang luas, sehingga meluber ke bahu jalan dan menyebabkan kemacetan ketika Pasaran Pon," tutur Bambang Sulistyo (49), warga Tuntang, yang sudah lama berjualan burung kicau di salah satu blok pasar hewan Ambarawa.
Dirinya dan pedagang lainnya berharap, rencana tersebut bisa diwujudkan dalam waktu dekat agar masyarakat baik pedagang maupun pembeli nyaman ketika berada di pasar. "Kami meminta Pemkab Semarang memperhatikan kelangsungan pedagang, termasuk pedagang papan dan kayu yang sekarang belum mendapat tempat," tukasnya.
sumber : suaramerdeka.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !