Pengguna metode kontrasepsi jangka panjang di Jawa Tengah masih minim. Saat ini, jumlahnya sekitar 26 persen diantara akseptor KB.
Hal itu disebabkan masih banyaknya anggapan memasang kontrasepsi jangka panjang lebih sulit, ketimbang kontrasepsi jangka pendek.
Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, Erna Sulistyowati, Selasa (2/10/2012 di Kabupaten Semarang, mengungkapkan, lebih banyak pasangan memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, seperti suntik yang dianggap lebih mudah. Persentasenya mencapai 56 persen.
Dari 6,7 juta pasangan usia subur di Jateng, 80 persen di antaranya atau 5,4 juta pasangan, sudah menjadi akseptor keluarga berencana (KB).
Dia menilai angka itu tergolong cukup baik, mengingat jumlah pasangan usia subur yang terus bertambah.
"Yang kini menjadi perhatian kami adalah akseptor yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang, seperti kontrasepsi mantap (sterilisasi), IUD (intraurine device), dan implan. Ini masih perlu sosialisasi terus menerus," kata Erna, dalam rangkaian kegiatan peringatan hari ulang tahun TNI ke-67 Kodam IV Diponegoro, yang berlangsung di Batalyon Kavaleri 2 Ambarawa.
Untuk menyiasati hal itu, BKKBN Jateng mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan maupun dokter, untuk meningkatkan kompetensi dalam memasang kontrasepsi jangka panjang, termasuk vasektomi dan tubektomi.
BKKBN juga bekerja sama dengan TNI dalam menyosialisasikan program KB tersebut. Dalam peringatan HUT TNI tersebut misalnya, Kodam IV Diponegoro menyelenggarakan pasar murah, donor darah, sunatan massal, serta pemasangan kontrasepsi KB untuk masyarakat di Ambarawa dan sekitarnya.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !